Selasa, 01 Desember 2009

ODHA (Orang Dengan HIV – AIDS) DAN STIGMA

ODHA (Orang Dengan HIV – AIDS) DAN STIGMA
Oleh: Muflih, S.Kep., Ns

Sebuah kenistaan pada saat ini dimana Orang Dengan HIV – AIDS (ODHA) tidak banyak mendapatkan perhatian yang selayaknya. Kecenderungan masyarakat luas adalah ketidakacuhan terhadap hal yang bukan menjadi urusan pribadi mereka. Suatu hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan diri seseorang dan hal tersebut selama dirasa tidak mempengaruhi kepentingan/urusan kehidupan pribadi, mereka anggap hal tersebut tidaklah perlu untuk diperhatikan. Demikian juga dengan masalah merebaknya penyakit HIV – AIDS di tengah masyarakat kita. Walaupun virus yang dikenal sebagai penyakit yang melumpuhkan daya tahan tubuh ini merajalela di khalayak umum, selagi itu tidak mempengaruhi suatu individu, maka individu tersebut cenderung untuk tidak memberikan sedikit perhatian terhadap masalah HIV – AIDS tersebut.

Seandaianya jika kita memperhatikan sejenak tentang penyebaran penyakit ini, sungguh rasa iba akan muncul. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Yogyakarta memperkirakan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di kota itu mencapai 1.050 orang dewasa tahun 2009 ini (id.news.yahoo.com). Sementara itu, perkiraan penderita AIDS di seluruh Indonesia sudah mencapai 170-230 ribu. Angka penderita AIDS yang terdeteksi tersebut baru 10 persen dari kenyataannya karena masih banyak penderita yang belum terdeteksi. Sebagian besar pengidap HIV/AIDS itu berusia produktif 19-39 tahun. Kalau kita jeli, yang menjadi fokus perhatian kita adalah angka 10%. Bisa dibayangkan berapa jumlah ODHA pada kisaran 100% dan berapa generasi usia produktis (19 – 39 tahun) akan menjadi orang pesakitan.
HIV (human immunodeficiency virus) adalah merupakan sebuah retrovitrus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Istilah HIV telah digunakan sejak 1986 sebagai nama untuk retrovirus yang diusulkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc Montagnier dari Perancis, yang awalnya menamakannya LAV (lymphadenopathy-associated virus) (Wikipedia.org). Oleh karena virus ini menyerang system kekebalan tubuh inilah yang membuat seseorang rentan terhadap infeksi oportunistik (IO), sehingga berbagai manifestasi muncul yang akan disebut AIDS (Aquired immunodeficiency Syndrome). Berbagai infeksi yang sering dialami oleh ODHA adalah infeksi akibat bakteri, jamur bahkan virus lainnya. Peneumony (suatu radang akibat infeksi bakteri di paru) sering kali ditemukan. Infeksi akibat jamur yang sering terlihat di rongga mulut seperti tanda sariawan namun berwarna putih dan sangat banyak dinamakan infeksi jamur kandidia mulut (Candidiasis Oris). Berbagai infeksi sekunder akibat menurunnya sistem imunitas ODHA akan sering ditemukan. Hal inilah yang membuat suatu kegawatan yang perlu diwaspadai.
Menjelang peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) tanggal 1 Desember 2009 nanti, tampaknya sampai saat ini pandangan miris tentang ODHA masing sangat tinggi. Pandangan umum bahwa ODHA memiliki perilaku menyimpang adalah hal yang sering dikemukaan oleh masyarakat. Bahkan tidak jarang perlakuan menghindar atau mengucilkan mereka terima. Jika jumlah 10 persen ODHA di Yogjakarta adalah 1.050 orang dewasa, maka dengan kisaran yang sama akan ada manusia yang mengalami perlakuan diskriminasi. Berbagai perlakukan diskriminatif dari masyarakat bukanlah tidak memiliki alasan. Sebagian besar ODHA di negara Indonesia yang kita cintai ini adalah remaja korban narkoba yang menggunakan jarum suntik (PENASUN), namun di Kota Yogyakarta penularan HIV/AIDS terjadi karena perilaku seksual yang sering berganti-ganti pasangan (id.news.yahoo.com). Perilaku-perilaku inilah yang mendasari pandangan masyarakat terhadap ODHA, walaupun tidak semua korban akibat dari perilaku yang menyimpang (ada juga yang mengidap penyakit ini karena penularan dari pasangannya atau anak dari ibunya). Stigma yang muncul dari masyarakat akan berdampak luar biasa bagi mereka. Tidak hanya hukuman dikucil kan yang mereka terima bahkan dalam mencari pekerjaan mereka mendapatkan kesulitan. Sebagian persyaratan untuk melamar pekerjaan di tempat tertentu salah satunya adalah lulus tes kesehatan. Dengan demikian, masa depan ODHA di tengah masyarakat kita sungguh perlu diperhatikan.
Dalam menanggulangi permasalahan sosial bagi ODHA tidak hanya kewajiban pemerintah, perhatian dari masyarakat sekitar perlu digalakkan. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesadaran untuk memeriksakan diri bagi mereka yang berperilaku beresiko tertular dirasakan cukup maksimal. Berbagai media telah digunakan untuk mensosialisasikannya. Perubahan kecenderungan ODHA terutama di Kota Yogyakarta, dari para pengguna napza dengan jarum suntik ke para pelaku sex bebas ataupun sex diluar nikah perlu mendapatkan perhatian khusus. Hanya dengan melarang tempat – tempat prostitusi untuk beroperasi tidaklah cukup untuk mencegah penyebaran virus ini, para ODHA perlu pemdampingan dan pengarahan. Dilihat dari banyaknya ODHA di Kota Yogjakarta ini dari golongan dewasa, kita haruslah mencermati secara teliti. Kalangan muda tidak hanya waktu untuk mencari kerja dan bekerja, akan tetapi dengan pendampingan spiritual mentalitas mereka akan kuat. Sehingga diharapkan kaum muda tidak mudah tergoda oleh gaya hidup asusila. Dengan demikian, Menjelang Hari AIDS Sedunia (HAS) mari kita turut serta menyelamatkan generasi muda/usia produktif dengan menjauhi perilaku berisiko penularan penyakit HIV – AIDS dan bukan orangnya (ODHA) tanpa ada stigma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BENCANA (LITERASI) KESEHATAN (BELAJAR DARI KASUS KPAI, KEMATIAN ARTIS & VIRUS CORONA)  Oleh Ns. Muflih., S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom...